Istano Basa Pagaruyung: Ikon Budaya dan Sejarah Minangkabau

Selasa 10-06-2025,07:27 WIB
Reporter : Ari Nurcahyo
Editor : Ari Nurcahyo

SUMBAR.DISWAY.ID - Istano Basa Pagaruyung, replika megah dari istana Kerajaan Pagaruyung, terus menjadi magnet wisata budaya di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Terletak di Kecamatan Tanjung Emas, dekat Batusangkar, istana ini dibangun dengan arsitektur rumah gadang tradisional Minangkabau, lengkap dengan atap gonjong dan ukiran khas, serta memiliki tiga lantai yang didukung 72 tiang 

Istano Basa Pagaruyung awalnya berdiri di Bukit Batu Patah pada abad ke‑17 sebagai pusat pemerintahan kerajaan Minangkabau. Bangunan asli telah mengalami beberapa kerusakan kala konflik dan kebakaran—pada tahun 1804, 1966, dan 2007. Setelah setiap peristiwa tersebut, istana dibangun kembali dengan memadukan teknik tradisional dan material modern, ditopang kerangka beton namun tetap menggunakan ijuk sebagai atap 

Bangunan terbaru ini selesai pada tahun 2013 setelah restorasi besar, ditandai dengan penegakan kolom utama (tunggak tuo) pada 27 Desember 1976 dan pembiayaan mencapai sekitar Rp20 miliar 

Kini Istano Basa Pagaruyung berfungsi sebagai museum, menampilkan replika peninggalan budaya Minangkabau, termasuk peralatan rumah, pakaian adat, senjata tradisional, dan artefak kerajaan lainnya 

Data Dinas Pariwisata Tanah Datar mencatat sebanyak 344.589 pengunjung sepanjang tahun lalu—terdiri dari 327.696 domestik dan 17.033 wisatawan mancanegara 

Pengembangan Fasilitas

Pemerintah daerah terus berinvestasi memperbaiki infrastruktur di kawasan istana. Pembangunan meliputi plaza baru untuk pelaku ekonomi kreatif, musholla, kios kuliner, toilet, dan pusat informasi wisata (TIC). Selain itu juga disediakan permainan anak, penyewaan busana adat, hingga layanan fotografi sebagai bagian dari destinasi wisata interaktif 

Menurut Ketua DPRD Sumbar, Supardi, Istano Basa Pagaruyung adalah “magnet yang bisa memajukan pariwisata Sumbar”. Ia berharap pemanfaatan teknologi digital seperti e‑Istano agar warisan budaya ini dapat diakses luas oleh masyarakat dan diaspora Minangkabau 

Sebagai situs cagar budaya, tantangan selanjutnya adalah menjaga estetika kawasan (seperti pengelolaan pedagang kaki lima), mempertahankan aspek budaya, dan meningkatkan kualitas layanan wisata .

 

Kategori :