Horisontal, berlaku kepada internal kader dan anggota Soksi Sumatera Barat.
Vertikal, berlangsung dalam konteks peningkatan frekuensi komunikasi dan konsultasi dengan Depinas Soksi di Jakarta sebagai episentrum pergerakan Soksi secara nasional.
"Perlu pula dicatat oleh segenap anggota Soksi, bahwa praksis kaderisasi itu pada akhirnya termanifestasikan dalam eksistensi dan kiprah kita di tengah-tengah masyarakat, sehingga untuk konteks ini kita dapat menyebutkan sebagai metoda kaderisasi swadiri," terangnya.
"Setiap kader mengkaserkan dan atau menempa dirinya sendiri secara riil di tengah masyarakat, untuk dapat tampil sebagai kader bangsa yang paripurna; cakap dalam wawasan kebangsaan, lentur dalam kemajemukan atau pluralisme, serta bersiap kapan saja jadi pemberi jalan keluar (solution maker) atas problem sosial kemasyarakatan," tambahnya.
Dalam hal konsolidasi program kerja, baiklah Depidar SOKSI Sumatera Barat terus membangun sekaligus menguatkan kemitraan strategis, baik terhadap pemerintah daerah, maupun terhadap berbagai elemen sosial krmasyarakatan.
Atensi program kerja Soksi pada bidang ekonomi misalnya, mestilah diaksentuasikan dan diprioritaskan kemanfaatannya bagi kelompok-kelompok masyarakat yang rentan secara ekonomi seperti petani, peternak, dan nelayan.
Untuk program kerja yang menyangkut strategi penguatan kecakapan dan kompetensi kader, hendaknya ditempuh kemitraan strategis dengan kalangan perguruan tinggi.
Sedangkan untuk program literasi atau pencerahan wawasan politik misalnya, maka Soksi Sumatera Barat dapat melakukan literasi bagi para pemilih pemula melalui kerjasama dengan otoritas penyelenggaraan Pemilu yakni KPUD dan Bawaslu serta elemen social society pemantau Pemilu.
Menurutnya, Soksi Sumatera Barat juga perlu memberikan advokasi pada masyarakat khususnya kelompok-kelompok terpinggirkan dan atau termarginalisasi sebagai dampak regulasi pembangunan.
"Bersamaan dengan itu, Soksi hendaknya dapat memainkan peran sebagai mediator atas potensi konflik kebijakan pembangunan antara masyarakat dan pemerintah daerah," harap dia.
Namun demikian, urai dia, kader Soksi mesti memiliki kecakapan organisasional sebagai solution maker atas problem sosial ekonomi masyarakat, misalnya melalui peranan wadah koperasi.
Lebih baik lagi apabila SOKSI mampu bersinergi secara kualitatif dengan pemerintah daerah untuk mendorong peluang penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda usia produktif.
Secara khusus, bagi kader-kader SOKSI di Sumatera Barat yang sekaligus adalah kader-kader potensial dan terbaik Partai Golkar, hendaknya terus mendukung sikap DPP Partai Golkar untuk menyatupadukan potensi kader-kader SOKSI yang masih berbeda jalan hanya lantaran oleh klaim untuk dan atas nama legalitas yang sebenarnya sumir.
Spirit rekonsiliatif merupakan kebutuhan yang bersifat urgent bagi eksistensi SOKSI hari-hari ini.
Depinas dibawah kepemimpinan duet Ahmadi Noor Supit dan Mukhamad Misbakhun, terangnya, dengan tangan terbuka menerima "kehadiran kembali" kader-kader SOKSI yang kini masih terobsesi dengan klaim legalitas yang sumir itu, untuk bergabung kembali menguatkan eksistensi dan kiprah politik Soksi.
"Patut diingat, Soksi yang kuat akan membuat eksistensi Partai Golkar menjadi semakin kokoh," tambahnya.